Uang Rp 7 Miliar Ambles tetapi Tempat Alternatif Pasar Pancurbatu Deli Serdang Tidak Segera Habis

Sebuah narasi lama mengenai dana miliaran rupiah yang ‘menguap’ menghantui lagi Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang.

Uang di muka sejumlah Rp 7 miliar yang sudah digulirkan semenjak tahun 2019 untuk pembelian tempat alternatif Pasar Pancur Batu, sampai sekarang masih hilang tidak pasti rimbanya.

Lebih memengapkan, sepetak juga tanah dari tempat selebar 3,2 hektar di Dusun Pertampilen, Kecamatan Pancur Batu, belum resmi jadi milik Pemkab.
Kasus pembelian tempat sebesar keseluruhan Rp 14,7 miliar ini sudah menjadi saga panjang.

Tragisnya, janji penuntasan permasalahan ini seakan menjadi lagu lama yang tetap diputar.

Kepala Sisi Hukum Deli Serdang, Muslih Siregar, saat diverifikasi, kembali lagi sampaikan suara yang familier dari tahun sebelumnya.

Dengan tegas, Muslih mengatakan Pemkab akan menuntut dengan perdata kasus ini.

Sebuah pengakuan yang persis dengan apa yang dia lontarkan di tahun 2024
“Iya ini kita sedang menata untuk menuntut ke pengadilan. Telah kita merapatkan ini sekali dan ini ingin dirapatkan kembali. Ya untuk menata tuntutan ini kan perlu rapat dahulu team. Sasarannya bulan ini dapat selesailah dan didaftarkan tuntutan pertamanya ke pengadilan,” tutur Muslih Siregar.

Muslih menambah, faksi penggugat kelak ialah pemakai bujet, yang dalam masalah ini ialah Kadis Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag).

Dalam pada itu, faksi yang hendak digugat ialah beberapa pemilik tempat yang sudah terima uang di muka di tahun 2019.

Kasus ini disebutkan jalan terlalu lama karena orang yang terima kuasa jual tempat itu sudah diolah dengan hukum serta sudah memperoleh keputusan hukum yang inkrah
Pasar Pancur Batu Semakin Awut-awutan, Bis Listrik Jadi Saksi Bisu Kemacetan
Di tengah-tengah ketidaktahuan nasib tempat baru, keadaan Pasar Pancur Batu yang lama semakin mengenaskan.

Jumlah pedagang yang tetap membesar membuat tempat pasar tidak lagi sanggup memuat.
Mengakibatkan, panorama pedagang yang ngotot ‘meluber’ sampai ke tempat terminal Pancur Batu menjadi hal wajar.

Lokasinya yang vital tetapi padat, dekat sama lajur khusus Medan-Karo, membuat teritori ini kerap diterpa kemacetan kronis dan berkesan kotor.

Sekarang, dengan kedatangan bis listrik yang lewat di lajur Pancur Batu, teritori ini jadi perhatian serius.
Peristiwa pedagang kaki lima (PKL) yang bandel dan masih tetap ngotot buka lapak di tempat terlarang sering memacu penertiban dan penyitaan barang dagangan.

Berkaitan ini, Muslih sendiri tidak setuju bila PKL jualan di luar tempat pasar karena hanya jumlah mereka semakin bertambah.

“Jika itu kan di mana saja begitu saja memang. Banyak yang ingin jualan di luar dibanding dalam,” kata Muslih.

Penemuan BPKP: Ada Kekuatan Rugi Negara Rp 1,3 Miliar
Pertama kali ‘bau tidak sedap’ kasus ini ada sesudah Tubuh Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Propinsi Sumut keluarkan hasil pemeriksaan.

BPKP temukan jika pembelian tempat kosong alternatif pasar Pancur Batu sebesar Rp 14,72 miliar untuk luas 3,2 hektar itu dipandang kemahalan.
Ada kekuatan rugi negara sejumlah Rp 1,3 miliar bila Pemkab bayar penuh harga itu.

Keganjilan harga ini diperhitungkan kuat karena pemilik tempat memakai jasa kuasa jual.

Pengendara Wanita Gerami Petugas Dishub Deli Serdang yang Menjaga Eksperimen Lalulintas, Ini Pemicunya

Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Deli Serdang mengubah arah saat lakukan eksperimen eksperimen lalulintas untuk Jalan Diponegoro Lubuk Pakam, Kamis (3/7/2025).

Bila pada eksperimen awalnya lalulintas di Jalan Diponegoro sama-sama bersimpangan arah dan jadi satu arah khusus yang tiba dari Jalan Sudirman dan Thamrin sekarang dilaksanakan hal bersimpangan juga.

Khusus dari 2 arah jalan itu, tidak dapat kembali lewat ke Jalan Diponegoro karena untuk ini kali diutamakan cuma yang dari Sutomo dan Ahmad Dahlan saja.
Karena keadaan ini personel Dishub dan Satpol PP yang diberikan tugas untuk atur lalulintas dan lakukan publikasi banyak berseteru dengan pemakai jalan terutama pemakai sepeda motor.

Dipandang jika Pemerintahan tidak konsisten dan membuat beberapa pengendara ketidaktahuan.

Beberapa momen semacam ini banyak kelihatan di tempat perempatan Jalan Sudirman, Thamrin dan Diponegoro.

“Suka-suka saja ya, Tempo hari ke (arah) sana saat ini arah sini, sukai suka kalian saja,” sebut seorang wanita pengendara Honda Vario.

Karena tidak dibolehkan petugas lewat ke jalan Diponegoro, wanita berkaca mata itu juga pada akhirnya ke Jalan Thamrin.
Sebagai bentuk kecewaan dia juga sebelumnya sempat menggeber kuat pergerakan sepeda motornya dan dilihati beberapa petugas.

Berbagai ragam peristiwa lain seperti terlihat ada langsung menerobos dan pancal gas sampai berkelit tempat tinggalnya telah dekat.

Dari informasi yang digabungkan eksperimen lalulintas yang sudah dilakukan Dishub ini telah diawali dari jam 08.00 WIB.

Penerapan pengamanan khusus di Jalan Diponegoro ini dilaksanakan sampai jam 23.00 WIB. Ada tiga shif personel yang diberikan tugas pada tempat ini.

Kadis Perhubungan Deli Serdang, Suryadi Aritonang yang dijumpai di lokasi menjelaskan diuji-coba pertama dua minggu awalnya terjadi kemacetan di Jalan Setia Budi atau lebih dikenali sebagai Pasar 0.

Saat itu banyak juga pengendara yang pada akhirnya lewat dari satu diantara Jalan perumahan yang selanjutnya menyebabkan ada tindakan protes dari masyarakat komplek.
Karena itu sekarang mereka kerjakan kembali eksperimen ke-2 untuk menyaksikan bagaimana keadaannya.

“Sesudah kita analitis pada minggu ke-2 saat ini kita coba ganti arah. Rupanya menyaksikan LHR (Lintasi Harian Rata-Rata) terlalu tinggi di Lubuk Pakam ini karena itu di sini ada juga terjadi titik kemacetan khusus di persilangan Jalan Thamrin. Mungkin memanglah belum terlatih warga tetapi kita ada buat sejumlah alternative, ” tutur Suryadi Aritonang.

Bekas Kasatpol PP ini tidak menolak adanya kemungkinan dilaksanakan perlakuan ke-3 atau ke-4 nanti.
Dari sana kelak baru selanjutnya dapat ditarik simpulan yang mana nanti lebih cocok dan pas untuk diteruskan dan dilaksanakan pengamanan untuk selanjutnya.

Dalam masalah ini dia juga minta support dari warga.

“Keinginan kita sama warga agar bekerjasamalah dengan Pemerintahan di tempat terutama Dishub agar ditaati ini semua. Kita kerjakan ini untuk keselamatan ber lalu lintas maknanya untuk warga . Kami benar-benar menginginkan support ini,” sebut Suryadi.

Suryadi menjelaskan apa yang mereka kerjakan ini karena kemampuan jalan di teritori Lubuk Pakam Kota tidak sama semua.

Kapasitas tampung jalan tidak sama dengan sejumlah jalan lain.